Lanjut ke konten

Si Janggut Hadir di Jatinangor

Januari 9, 2008

Si Janggut Hadir di Jatinangor

Kawasan Kampus Jatinangor memiliki potensi yang cukup besar bagi kehidupan burung – burung liar yang hidup bergantung dengan habitat semi alami dan non alami. Di kawasan ini hidup 48 jenis burung baik penetap maupun pengunjung. Keanekaragaman jenisnya didominasi oleh burung –burung yang menyukai daerah pertanian. Oleh karena itu jenis-jenisnya pun cenderung kurang atraktif untuk diamati. Akan tetapi ketika musim migrasi tiba, Kampus Jatinangor dijadikan sebagai habitat sementara bagi burung – burung yang melakukan perjalanan jauh, sehingga menambah jumlah jenis burung yang menghuni kawasan tersebut.

Pada tanggal 31 Agustus 2006 tercatat satu jenis burung yang menjadi catatan baru bagi inventarisasi burung – burung kawasan Kampus Jatinangor. Jenis ini tercatat pada pagi hari jam 08.10 WIB. Kurang lebih selama 20 menit jenis ini dapat teramati dengan jelas. Ciri khasnya yang mencolok pada bagian kepala dan tenggorokan tidak menyulitkan bagi proses identifikasi jenis. Jenis ini tercatat pertama kali di depan Kampus D2 – Biologi FMIPA Unpad, tepatnya di sebelah kanan Sekretariat HIMBIO Unpad. Saat pertama terlihat jenis ini terbang dari arah timur menuju deretan pohon Bingbin (Pinanga kuhlii) yang tumbuh di sepanjang jalan menuju Kampus Biologi. Buahnya yang berwarna hijau (masih muda) dan merah (sudah tua) menarik perhatian burung yang tergolong ke dalam burung cucak – cucakan ini. Memang, kelompok burung ini merupakan burung pemakan buah-buahan, walaupun mereka juga memakan serangga.

Burung yang menjadi catatan baru bagi inventarisasi burung Kampus Jatinangor ini bernama Empuloh Janggut (Alophoixus bres). Jenis ini bercirikan ukurannya agak besar (22 cm) dengan warna kecoklatan dan tubuh bagian bawah kuning. Tenggorokan dan dagunya yang berwarna putih sering digembungkan secara mencolok, sehingga nampak seperti memiliki janggut.

Karena janggutnya yang mencolok, Mang Agus yang waktu itu sedang berada tidak jauh dari lokasi penemuan burung mengomentarinya dengan sebutan burung pengikut Al-Qaeda. Menarik memang, selain jenis ini tergolong unik dari morfologinya, jenis ini juga layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

Menurut literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman lapangan, jenis ini memiliki penyebaran terbatas di hutan primer dan sekunder. Hal ini menarik, karena Jatinangor yang merupakan ekosistem bukan hutan dijadikan sebagai habitat bagi “Si Janggut”. Besar kemungkinan jenis ini berasal dari burung peliharaan yang lepas dari kandang, karena perilakunya yang kurang sensitif dan begitu maraknya pemeliharaan burung seperti “Si Janggut”. Hal tersebut harus diteliti kembali, karena di luar sana masih banyak misteri Ilahi yang masih menjadi tanda tanya besar, tertarikkah anda untuk membaca alam ini ??

 

 

 

3 Komentar leave one →
  1. Januari 25, 2008 1:57 pm

    dear deri..
    I don’t under stand with your language, please try to translate to english.
    thx
    BB. King

  2. rey_hanagata permalink
    Februari 16, 2008 3:52 am

    sebuah cerita yang sangat menarik, bagaimana migrasi itu dapat terjadi?, apakah ada faktor-faktor yang mendukung sehingga terjadi migrasi tersebut

  3. Februari 20, 2008 3:26 am

    Salam untuk Rey

    migrasi terjadi disebabkan berbagai faktor tergantung dari jenis migrasinya. Sedangkan migrasi yang saya bahas pada topik migrasi burung layang-layang Asia (Hirundo rustica) adalah migrasi antar benua, dimana terjadi perpindahan burung dalam jumlah besar dari Kutub Utara menuju ke Selatan bumi, dikarenakan adanya perubahan musim, sehingga burung menghindari cuaca yang ekstrim. Pada kondisi demikian sebagian sumber makanan pun banyak yang melakukan hibernasi, sehingga mau tidak mau burung harus berpindah ke lokasi yang memiliki sumber makanan

Tinggalkan komentar